Blogger Template by Blogcrowds

108 Butir Nilai Budaya Bali

beberapa butir nilai budaya Bali sebagai berikut:

1.    Satya (kebenaran)

2.    Udàratà (kedermawanan)

3.    Úubhasaýkalpa (hasrat luhur)

4.    Nirbhayata (keberanian)

5.    Svavalambana (percaya diri)

6.    Yajña (pengorbanan)

7.    Viúvaprema (kasih sayang universal)

8.    Nirlobha/Aparigraha (tidak rakus)

9.    Ìrûyà (iri hati)

10.    Sàmàjika Saògathana (organisasi sosial)

11.    Mukti (Mokûa/penyelamatan spiritual)

12.    Svasti Vacana (aspirasi-aspirasi luhur)

13.    Úànti (damai)

14.    Ahiýúa (tanpa kekerasan/tidak anarkis)

15.    Bhadram (keutamaan/kemuliaan)

16.    Vicakûana (kebijaksanaan)

17.    Tapa (pengendalian diri)

18.    Niûkàmakarma (tidak mementingkan diri sendiri)

19.    Daivisampat (sifat ketuhanan/sifat yang luhur)

20.    Samànaá/Ekatva/Advaita/Kalih Samaika/Bhineka Tunggal Ika (persatuan/kesatuan)

21.    Lokasaýgraha (kesejahteraan bersama)

22.    Samani (solidaritas/kebersamaan)

23.    Vaúudhaivakutumbhakam (semua makhluk bersaudara)

24.    Maduravacana (ucapan yang baik dan ramah)

25.    Prayaúcitta (kesucian hati)

26.    Sevaka (pelayanan sosial)

27.    Akrodha (mengendalikan emosi)

28.    Guruúuúrusa (taat kepada guru)

29.    Úauca (suci/jernih pikirannya)

30.    Àhàralaghava (mengendalikan diri dalam menikmati makanan)

31.    Apramadha (tidak lalai)

32.    Brahmacari (tekun belajar)

33.    Avyavaharika (tidak suka bertengkar)

34.    Astainya (tidak mengambil milik orang lain/mencuri)

35.    Vairàgya (tidak mengikuti dorongan nafsu)

36.    Tyàga/Lascarya (tulus ikhlas)

37.    Santosa (puas/mensyukuri karunia Tuhan YME)

38.    Tapa (pengendalian diri)

39.    Svàdhyàya (belajar)

40.    Ìúvaraprànidhana (mendekatkan diri kepada Tuhan YME)

41.    Kayika Pariúuddha (perbuatan yang dipandang baik, yaitu: tidak membunuh, mencuri, dan tidak berzina)

42.    Vacika Pariúuddha (perkataan yang dipandang baik, yaitu: tidak jahat atau munafik, tidak kasar, tidak memfitnah dan tidak berdusta)

43.    Manacika Pariúuddha (pikiran yang dipandang baik, yaitu: tidak menginginkan milik orang lain, kasih dan sayang kepada semua makhluk, dan beriman kepada ajaran karmaphala)

44.    Arjawa (jujur)

45.    Anåsaýsya (tidak memenntingkan diri sendiri)

46.    Arimbhava (bersimpati kepada penderitaan orang lain)

47.    Indriyanigraha (mengendalikan indria)

48.    Dama (bisa menasehati diri sendiri0

49.    Dharaka, Sthitaprajña (tahan uji dalam menghadapi berbagai tantangan, stabil dalam suka dan duka)

50.    Hrìh/Jengah (memiliki rasa malu)

51.    Sadhusaýsarga (bergaul dengan orang-orang baik)

52.    Satyavacana (menepati janji)

53.    Satyamitra/Tindih (solidaritas kepada teman)

54.    Satyasamaya (tepat waktu)

55.    Kûama (pemaaf)

56.    Prìti (simpati, sangat welas asih)

57.    Prasàda (berpikiran jernih)

58.    Madurya (manis pandangannya)

59.    Màrdava (berhati lembut)

60.    Dàna (memberikan derma/berderma)

61.    Ijya (senantiasa memuja Tuhan YME dan leluhur)

62.    Dhyàna (kontemplasi)

63.    Upasthanigraha (pengendalian dorongan seks)

64.    Brata (melakukan pantangan tertentu)

65.    Mauna/Mona (mengendalikan wicara)

66.    Snana (menyucikan diri dengan sembahyang rutin)

67.    Dharma (taat menjalankan ajaran agama)

68.    Vimatsaritva (tidak dengki/irihati)

69.    Tìtìkûa (memiliki ketekunan dan kesabaran hati)

70.    Anasùyà (tidak berbuat dosa)

71.    Dhåti (hatinya tenang)

72.    Andrayuda (menguasai ajaran agama, pengetahuan lainnya dan bijaksana)

73.    Gunabhikûana (jujur dan mampu mengatasi berbagai kesukaran)

74.    Sadhuniragraha (tidak menyakiti makhluk lain)

75.    Vidagdaprasana (tidak mudah dihasut/dipropokasi)

76.    Kåtarajahita (tidak segan meminta maaf bila melakukan kesalahan)

77.    Tyagaprasana (tidak mengenal lelah bila melaksanakan tugas)

78.    Suraraksana (tidak mengenal rasa takut/tidak khawatir)

79.    Surapratyana (segan dan hormat kepada atasan/senioritas)

80.    Úànta  (satunya kata dengan perbuatan)

81.    Sanmatà (selalu ingin berbuat baik)

82.    Karuna (cinta kasih terhadap semua makhluk)

83.    Upeksa (mawas diri)

84.    Mudìtà (tutur katanya simpati)

85.    Maitri (memiliki kasih sayang/bersahabat kepada semua makhluk)

86.    Satyam nasti paro dharma (kebenaran adalah dharma tertinggi)

87.    Ahiýúa paramo dharmah (tidak menyakiti hati sesama makhluk hidup merupakan dharma tertinggi)

88.    Tat tvam asi (memandang setiap makhluk seperti diri sendiri)

89.    Trihita Karana (tiga hal yang menyebabkan sejahtera, hubungan harmoni dengan Tuhan YME, dengan sesama makhluk, dan dengan alam lingkungan/sekitar)

90.    Rvabhineda (dua hal yang berbeda, baik-buruk, salah-benar dan lain-lain)

91.    Sagari-giri-adomukha (keindahan yang mengandung daya magnetis bila di tepi pantai terlihat gunung dan pegunungan yang indah, dan bila berada di pegunungan, kelihatan pantai dan lautan yang indah)

92.    Satyam-Úivam-Sundaram (kebenaran-keharmonisan-keindahan)

93.    Parasparosarpanaya (salunglung-sabhayanta) (wirang) (beriuksaguluk) (bersatu padu) (solidaritas, seia sekata, senasib sepenanggungan)

94.    Dakûinà (kemurahan hati),

95.    Asevakadharma (mendahulukan kebajikan)

96.    Úànta-jagadhita (damai dan sejahtera)

97.    Trimandala (uttama, madhyama, kaniûþama, hulu, madia, teben)(di atas, di tengah-tengah, di bawah)

98.    Bhoga, Upabhoga, Paribhoga (pangan, sandang, papan)

99.    Asih-Puóya-Bhakti (cinta kasih, jasa dan penghormatan)

100.    Sadhugunavan (berbudipekerti luhur dan memiliki kemampuan)

101.    Agawe sukhaning praja (sukhaning ràt kininkinira)(senantiasa membangun kesejahteraan masyarakat)

102.    Deúa-Kàla-Patra (tempat-waktu-keadaan)

103.    Deúa amawacara nàgara amawa tata  (desa punya aturan, negara punya hukum yang mengatur segalanya)

104.    Nityasa angulih sutreptining nàgantu (senantiasa mewujudkan ketentraman dan ketertiban masyarakat)

105.    Pràjarakûaka (mewujudkan ketentraman masyarakat)

106.    Ksayanikang papa nahan prayojana (lenyapnya penderitaan masyarakat menjadi tujuan hidupnya)

107.    Sakatilinganingambek, nyata katresnan yata katemu (sesuatu yang dikerjakan dengan sungguh-sungguh, pasti akan berhasil dicapai)

108.    Haywa ngkàla kûepa (tidak membuang kesempatan/waktu)

 


Sumber:  http://www.parisada.org/

0 komentar:

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda